Thursday, January 23, 2014

Kebahagiaan, mau itu di-share ataupun ngga. Tapi energinya begitu kuat. Dan itu menular dengan cepat ke orang lain.

Sementara kesedihan, jika tidak dishare, energinya begitu kuat untuk diri sendiri. Dan bahkan orang lain tidak merasakannya.

Sepertinya begitu ya. Sepertinya..

Tuesday, January 21, 2014

And in her eyes you see nothing
No sign of love behind the tears
Cried for no one
A love that should have lasted years

Friday, January 17, 2014

Reason needed to make rational decisions. Now I know, why I never need a reason to love someone.

--- a little thought when it's raining outside

Wednesday, January 15, 2014

Pertemuan yang Menarik

Tidak usah dipertanyakan lagi, apakah saya harus berterima kasih pada Tuhan. Jawabannya sudah pasti IYA. Saya selalu percaya bahwa tidak ada hal yang kebetulan. Setiap hari kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Mulai dari kamu memilih bangun pagi atau stay longer di dalam selimut. Kamu memilih sarapan pagi dengan susu dan roti atau dengan nasi dan tempe. Setiap kamu membuat pilihan, itu akan mengantarkan pada sebuah perjalanan yang berbeda. Setiap harinya, saya selalu memilih. Dan mendapatkan perjalanan yang berbeda. Bertemu orang yang berbeda. Mendapatkan souvenir-souvenir dari setiap perjalanan yang ditempuh. Souvenir itu biasanya adalah sebuah ucapan. Ilmu. Pemikiran. Hikmah. Makna. Atau apapun kamu menyebutnya. Setiap malam sebelum saya tidur, saya bersyukur. Terima kasih. Hari ini, lagi-lagi sebuah perjalanan hebat. Ketika keesokan harinya saya terbangun, saya ambil buku harian saya (Ya, buku harian. Walaupun saya punya blog. Tapi ya, saya masih menulis juga di buku harian.) dan saya mulai menulis, merekap, hal-hal apa saja yang bisa saya ambil dari perjalanan kemarin. Dan hal-hal apa saja yang harus saya lakukan hari ini. Juga beberapa do's and dont's yang didapat dari pengalaman kemarin.

Dan Tahun 2014 ini buat saya hebat juga. Sebuah permulaan yang baik untuk menjalani perjalanan 350 hari lagi ke depannya. Bertemu orang-orang baru yang hebat. Yang membuat saya termotivasi untuk menjadi lebih baik. Yang memberikan energi positif. Dan mengajarkan saya tentang hal-hal baru yang belum saya ketahui.

Setiap hari saya selalu bersemangat. Hari ini, kemana perjalanan itu akan membawa saya? Apalagi yang saya dapat? Dan apa yang bisa saya berikan untuk alam dan manusia? Tapi saya tahu, saya akan tersesat jika tidak ditemani Tuhan. Maka dari itu, Terima Kasih Tuhan. Untuk perjalanan yang hebat setiap harinya.
"But I'm just a fucked-up girl who's lookin' for my own peace of mind."

From Eternal Sunshine of The Spotless Mind (2004)

Thursday, January 9, 2014

Antara mimpi, kenyataan, dan keinginan

Mimpi. Berarti hal yang tidak nyata. Berupa potongan-potongan scene yang hadir di angan. Tidak selalu datang ketika kita tidur. Yang kadang datang menyenangkan tapi juga bisa menampakan hal yang buruk. Maka dari itu ada sebutan nightmare. Adapula mimpi yang tidak hilang-hilang. Hadir di setiap detik, tidak pernah hilang ketika kamu bangun sekalipun. Dia hanya akan hilang ketika kamu menjadikan mimpi itu tidak lagi potongan scene di angan. Tetapi menjadi nyata. Sesuatu yang benar-benar bisa kamu rasakan, kamu lihat, kamu sentuh. Kurang lebih itu definisi mimpi menurut saya. Kalau menurut kamus saya kurang tau.

Kenyataan. Ketika alam sadar kamu benar-benar bekerja. Kamu melihat segalanya begitu telanjang. Tidak ada yang dimanipulasi. Hal-hal setiap hari yang harus kamu hadapi. Hal-hal yang mau tidak mau tiba-tiba harus dirasakan. Hal yang tidak bisa dipungkiri lagi. Tapi sebenarnya kamu bisa mengontrol kenyataan. Jika hari ini kenyataannya tidak sesuai dengan yang kamu inginkan, kamu bisa gunakan akal bagaimana caranya mengubah kenyataan menjadi hal yang persis seperti keinginanmu.

Keinginan. Jika itu datang dari dalam diri, maka kamu sebut itu keinginanmu. Jika itu datang dari orang lain, maka kamu sebut itu keinginan mereka. Dan sebagainya. Keinginan itu bisa dipengaruhi dari berbagai macam faktor. Seperti ego, nafsu, lingkungan, hingga perasaan. Keinginan itu harus dikontrol. Agar keinginan itu tidak menjadi hal yang berlebihan dan membuat kamu menjadi orang yang konsumtif kalau keinginanmu itu adalah beli ini dan itu. Ketika keinginan itu tercapai, konon katanya kamu akan puas. Dan bahagia. Tapi lagi-lagi bahagia itu belum tau benar atau salah. Entah bahagia yang didapat itu tidak bertahan lama atau bisa jadi bahagia di atas penderitaan seseorang?

Lalu apa yang bisa disimpulkan?
Sepertinya mimpi, kenyataan, dan keinginan itu memiliki rantai yang saling berkaitan. Ada mimpi buruk yang datang ketika kita tidur. Saat bangun, kita menginginkan semoga mimpi itu tidak menjadi kenyataan. Kira-kira ketangkep ga? Atau soal lain, saya punya mimpi suatu saat saya akan memiliki toko kecil berisi barang-barang yang  saya suka. Dan saya benar-benar menginginkan itu untuk menjadi kenyataan.

Simple kan sebenarnya?
Banyak orang pemimpi seperti saya. Memiliki banyak mimpi tapi mungkin hanya sekedar kumpulan mimpi yang sederhana. Banyak orang seperti saya yang berusaha mewujudkan mimpi-mimpi kecil itu menjadi kenyataan, agar saya merasakan bahagia. Siapa yang tidak ingin hidup seperti di dalam mimpi yang indah tapi itu adalah kenyataan? Bukan sekedar angan belaka?
Semua pasti mau.

Kelihatannya memang sesederhana itu, tapi jangan lupa dibalik itu ada hal yang paling menentukan. 1. Tuhan 2. Bekerja/Usaha

Tanpa kedua itu, saya rasa semua akan sia-sia. Dan pada akhirnya, kenyataannya adalah: tidak semua yang kita inginkan bisa tercapai, dan tidak selalu mimpi bisa diwujudkan. And we have to deal with it. Bagaimana kita harus selalu menyeimbangkan antara mimpi, kenyataan, dan keinginan.  Bagaimana kita harus mencari cara lain mendapatkan kebahagiaan, tidak selalu dari mewujudkan keinginan. Tapi dari menikmati segala jawaban "ya/tidak" dari kenyataan atau dari memelihara mimpi yang tidak dapat tercapai. Yang akan selalu menjadi mimpi dan tetap indah walau hanya dibayangkan. Karena banyak cara untuk mendapatkan kebahagiaan. :)

Saturday, January 4, 2014

Sebuah Kesiapan

Tahun 2013 kemarin tepatnya bulan Desember, sahabat saya yaitu Lida, menikah. Gilaaaa! Rasanya gila! Kaya suatu hal yang bener-bener amazing sampe bikin ga percaya. Saya sama Lida bisa dibilang tumbuh bareng dari SD. Udah puluhan malem kita lewatin buat nginep2an yang isinya curhat atau "makeover" atau juga masak-masakan. Udah berapa ribu jam yang kita abisin buat cerita ini itu dan berandai-andai bareng. Dan entah udah berapa juta milyar detik yang kita abisin buat ketawa ketiwi. Dan, Lida, si bocah ingusan yang aku kenal itu, dia menikah. Amazing. Dia sekarang seorang Istri. Sebuah status baru yang tanggung jawabnya luar biasa besar. Wow. Dan gue harus bilang Wow.
.......
Anyway, saya salut banget sama sahabat saya ini. Di umur yang terhitung muda (muda buat ibu-ibu mah), dia yakin dan berani mengambil sebuah langkah penting dalam kehidupan manusia di dunia. Congrats Da! I'm proud of you!
Bicara tentang menikah, hmmm.. Sudah pasti saya juga ingin menikah. Di waktu yang tepat dan orang yang tepat. Tapi yang jelas mungkin tidak saat ini. Atau belum. Atau akan. Atau tidak tahu juga.
Rasanya saya belum mampu menyandang status sebagai seorang istri, atau bahkan saat ini sebagai seorang pacar. Rasanya belum siap untuk berbagi waktu dan jam main saya untuk pasangan. Berbagi memikul beban dan pikiran, berbagi susah dan senang, berbagi makanan dalam piring, ya berbagi apapun. Sekarang saya masih menikmati menjadi Diza si pelit. Yang masih egois ingin menikmati waktuku sepuas-puasnya. Dan memiliki diri sendiri seutuhnya. Mendapatkan pengalaman-pengalaman yang saya cari sendiri. Juga petualangan yang masih ingin saya arungi sendiri. Yang tidak perlu mempertimbangkan orang lain kecuali diri sendiri. Egois memang. Tapi semua itu pilihan. Dan saat ini bagi saya ini adalah pilihan yang tepat. Aamiin. 
Mungkin kesiapan untuk pacaran dan menikah akan datang ketika saya bertemu "the one".
Lagi-lagi konsep jodoh itu absurd. Dari dulu saya ga pernah punya ideal type. Atau jatuh cinta karena sesuatu yang bisa dijelaskan. Saya selalu jatuh cinta karena tanda-tanda dari semesta. Signs from universe. Mengandalkan kemampuan lahiriah manusia yaitu kepekaan menangkap sinyal-sinyal dari alam. Dan tidak semua orang percaya atau mengerti apa yang saya maksud. Tapi, "the one" saya yang masih nyangkut entah dimana, pasti mengerti. :)

Friday, January 3, 2014

Something about truth...

“The first sentence of the truth is always the hardest. Each of us had a first sentence, and most of us found the strength to say it out loud to someone who deserved to hear it. What we hoped, and what we found, was that the second sentence of the truth is always easier than the first, and the third sentence is even easier than that. Suddenly you are speaking the truth in paragraphs, in pages. The fear, the nervousness, is still there, but it is joined by a new confidence. All along, you’ve used the first sentence as a lock.

Excerpt From: David, Levithan. “Two Boys Kissing.” Random House Children's Books, 2013-08-27T07:00:00+00:00. iBooks. 
This material may be protected by copyright.