Monday, November 3, 2014

Ketika kita kecil dulu, kita seperti buku rapor yang masih bersih. Seiring bertambahnya usia, mulailah tercatat angka-angka di atas rapor. Sebagai pemula dalam hidup, kesalahan-kesalahan kita saat kecil, tidak pernah ditulis dengan tinta merah. Selalu ditulis dengan pensil, yang kemudian bisa dihapus kembali menjadi bersih dan digantikan dengan nilai yang baik. Setiap hari kita belajar di sebuah institusi yang disebut kehidupan. Setiap orang mendapatkan porsi pelajaran yang berbeda-beda juga beban ujian yang berbeda-beda. Ada yang berjuang, ada yang menyerah. Ada pula yang kehilangan arah. Ketika menuju dewasa, banyak hal baru yang ditemui. Manusia yang tidak seperti manusia, lubang-lubang hitam yang berpintukan cahaya, dan madu bunga yang beracun. Kita akan melakukan kesalahan. Mungkin tidak sekali, tapi berkali-kali. Saat itulah kita menorehkan tinta merah di atas lembar rapor. Dan mustahil bagimu untuk menghapusnya seumur hidup. Ya, saya telah menorehkan tinta merah di atas rapor saya. Rasanya saya ingin merobek lembaran itu dan membakarnya. Tapi tidak ada yang bisa saya lakukan saat itu, selain tertunduk malu dan perih yang menghantam perasaan. Lalu jadilah saya manusia yang belajar lebih giat. Agar tidak lagi menorehkan tinta merah di atas rapor. Saya pun berhasil mencatat angka-angka baru di atas rapor. Namun tidak berhasil menghilangkan rasa sesal dan menerima bahwa: dalam hidupku, ada lembar merah yang merusak. Dan selamanya lembar itu ada disitu. Hal ini membuat apapun upaya yang saya lalukan, menjadi tidak berarti bagi diri saya sendiri. Saya hanya menghukum diri terus menerus. Tidak menghargai usaha saya untuk mencetak angka-angka baru. Dan pada saat ini saya sadar. Justru saya yang sekarang ini lebih baik dari saya yang dulu. Karena saya masih berjuang sampai saat ini, berhasil melewati lembaran merah. Dan apapun ujian yang akan datang, saya siap. Saya pernah gagal, tapi saya pun masih bisa bangkit. Kini yang harus saya lakukan adalah menerima. Menerima saya yang sekarang, saya yang punya lembar merah di rapornya. Dan melanjutkan belajar di institusi ini.

(Terima kasih Fadil untuk selalu mendengarkan dan menyemangati!)