Tuesday, December 13, 2016

Your Happiness DOES Matter Pt. 2

Setelah kami menyusun rencana, kami memutuskan untuk naik kereta ekonomi. Oke... Ini pertama kali juga saya naik kereta ekonomi. Maklum karena belum pernah, saya banyak kecemasan macam, "Aman ga di kereta? Nanti tidurnya shift-shift-an ya biar ada yang jagain barang-barang! Tapi udah ada AC kan??". Dan sebagainya dan sebagainya. Hahaha. Kalau teman-teman dekat saya mungkin sudah hafal karakter saya. Kadang berjiwa hippies, tapi suka kaya princess, dan insecure, alhasil.. gitu deh. hahaha. Permasalahan selanjutnya yang bikin temen-temen seperjalanan ini pusing juga ketika saya berkali-kali nanya "Pake ransel apa koper ya?" Ada kali nanya hal itu 100x (ga lebay). Sampe mereka kaya udah terserah banget deh mbak, bebaskeun!

Datang juga malam itu, dimana kami berkumpul di Stasiun Kiaracondong. Sayapun memutuskan untuk pakai ransel. Keliatannya aja sih backpacker, padahal untuk 3 malem aja bawa baju 7 pasang dan bawa hair dryer. Hahaha. Singkat cerita akhirnya berangkatlah kami ke Jogja. Walau ada kebodohan karena kita salah pilih tempat duduk. Berdua-berdua sih.... Tapi.... Punggung-punggungan! -___- Perjalanan pun berlalu penuh dengan kesabaran menahan rasa pegal dan sulit tidur. Kursi di kelas ekonomi benar-benar tegak 95 derajat. Untungnya disponsori bantal leher dari Dhea yang emang udah khawatir apakah saya mampu melewati perjalanan 9 jam di kereta ekonomi??? Hahahaha.

Waktu menunjukkan pukul 4.30 shubuh. YEAY! PERTAMA KALI MENGINJAKKAN KAKI DI KOTA JOGJA! Kami pun tiba di Stasiun Lempuyangan. Sholat, cuci muka, sikat gigi, touch up, foto-foto, update instagram, dan beristirahat sejenak. Tidak lama kemudian, yang tadinya gerimis romantis, tiba-tiba hujan sadis (mencoba berima. :p). Kita mau beranjak ke hotel. Rencana awal sih, mau jalan kaki. Tapi jangan salah, jarak antara Stasiun Lempuyangan ke hotel itu kurang lebih 4,5 KM. Lumayan kan kalau jalan kaki? Sambil bawa ransel? (Yayaya buat newbie kaya sih pokonya lumayan aja. Lumayan die.) Sempat kepikiran untuk panggil uber atau grab car. Berhubung saat itu kita sok jago, keukeuh pengen jalan kaki aja. Tapi kan hujan? Oh tenang! Sebelum berangkat, saya sudah wanti-wanti ke geng untuk bawa payung semuanya. Saya pun mengeluarkan payung. Aris, Doli, dan Anne hanya saling menatap. Dikira mereka lagi jatuh cinta tatap-tatapan, taunya ga ada yang bawa payung satupun. -____- Akhirnya payung saya dipakai berdua dengan Anne. Sementara Aris dan Doli pakai jaket masing-masing. Itulah konsekuensinya pada ga bawa payung! HAHAHA.

Karena merasa bersalah, Aris dan Doli pun akan beli payung kalau kita nemu Indomaret atau Alfamart. Sesampainya di Indomaret, ada tuh payung. Tapi.. Jelek... Harganya Rp 60.000 pula. Urunglah niatan mereka beli payung dan memilih tetap memakai jaket yang udah super basah.
Perut yang masih kosong pun minta diisi. Ada kios soto yang wanginya menggugah selera. Kita akhirnya memutuskan makan di situ sekalian berteduh menunggu hujan agak reda. Baru juga memasuki kiosnya, "Maaf mas, penuh.. Paling kalau mau.. Di atas? Ndak apa-apa?". Kita langsung mengiyakan, yang penting bisa makan dan berteduh deh. Ketika kita naik ke lantai 2, betapa bahagia dan terharunya kita... Lantai 2 kosong dan  tempatnya lesehan! Untuk kami yang sudah 9 jam menahan rasa pegal, tempat itu seperti surga! Bisa makan sambil tidur-tiduran ngelurusin badan. Tapi kita minta izin juga kok, untuk ikut istirahat sambil nunggu hujan reda. Setelah kami lahap menyantap soto, kami leyeh-leyeh dan sangat-sangat bersyukur bisa beristirahat dan makan disini. Seolah-olah tempat ini memang disediakan hanya untuk kami. Allah tau banget yah kita lagi butuh selonjoran dan istirahat :)

Hujan nyatanya tak kunjung reda sementara perjalanan masih panjang. Lagi-lagi kami memutuskan untuk menerobos hujan. Tapi dasar semua memang sudah ada yang ngatur. Di tengah perjalanan, tukang becak lalu lalang menawarkan jasanya. Kami yang sok-sok-an ini menolak dengan halus. Aris pun tersadar, melihat para tukang becak mengenakan jas hujan plastik. "Seandainya punya jas hujan kaya mang becak.", pikirnya saat itu. Bagai sulap, tepat di depan kami ada toko plastik yang menjual jas hujan plastik. Kita senang bukan main! Langsung deh beli 4. Tadinya saya ga akan beli sih, tapi kalau ga seragaman kan ga asik. Harganya pun hanya Rp 5.000 satunya. Kebayang kan kalau jadi beli payung, seharga 12 biji jas hujan! Karena lagi di kota orang, YOLO aja pake jas hujan plastik warna hijau kembaran. Sepanjang kita jalan orang-orang ngeliatin. Tapi saat itu kita udah ga peduli (malu sih ada) dan jadi ketawa-ketawa sendiri karena kita emang udah kaya apalah ijo-ijo gitu. Tanpa terasa, kami akhirnya sampai di jalan malioboro yang tandanya sudah mulai dekat dengan hotel kami. 1.5 KM lagilah menurut GPS.  Oh, ini toh Malioboro. Saya lupa jam berapa, tapi saat itu masih sangat sepi. Awalnya tergoda juga naik becak. Tapi harga yang ditawarkan cukup tinggi. Herannya, semakin mendekati tempat tujuan, becak-becak yang mewarkan jasa, malah pasang harga makin tinggi. Sudahlah, lupakan becak! Tetap berjalan dengan jas hujan kresek ini. Setelah perjalanan cukup melelahkan tapi happy, sampailah kami di hotel! Tentu belum bisa check in karena masih terlalu pagi. Namun setidaknya kita bisa nitip barang bawaan dan ikut ngeringin rambut, cuci muka, ganti baju sama leyeh-leyeh di lobby. Bahkan ada bule tidur juga di sofa. Kami memutuskan untuk menunggu adzan dzuhur, sholat, lalu berangkat ke destinasi pertama: Tamansari Water Castle!

Monday, December 12, 2016

Your Happiness DOES Matter Pt.1

Hari itu semakin dekat, perasaan ini semakin cemas dengan segala pikiran yang tidak berarah. Rasanya ingin lari dari Bandung. Entah pergi kemana, saya tidak ingin berada di tempat ketika hari itu datang. Jauh-jauh hari, sebenarnya saya dan teman-teman kantor sudah merencanakan untuk pergi ke Lampung. Tapi karena satu dan lain hal, rencana itu terpaksa dibatalkan. Kecewa pasti. Saya semakin bingung kemana saya harus pergi pada hari itu. Sampai akhirnya terbesit di dalam benak, "Pada hari itu aku harus bahagia. Aku tidak boleh bersedih! Oke, tempat yang belum pernah saya kunjungi, dan sedari dulu ingin saya kunjungi banget adalah: Jogja!". Jogja? Iya, saya belum pernah kesana dan setiap saya ajak SIAPAPUN untuk ke Jogja, pasti semua menjawab, "Udah pernah ah..", "Mau ngepain emang ke Jogja?", "Jogja yaa gitu-gitu aja kok..", "Hmm. Cari tempat lain deh..". Tentu saya bisa mengerti jawaban mereka. Tapi dalam hati sebenarnya sedih juga. Keinginan ke Jogja seperti salah satu dari bucket list yang entah mengapa ingin sekali saya kunjungi.

"Ris, kalau ke Jogja sendirian aman ga sih buat cewe?", tanyaku pada teman kantorku Aris.
"Hmm. Aman sih teh. Emang, teteh mau ke Jogja sendirian?", di kantor saya memang dipanggil teteh karena teman kantor saya rata-rata di bawah saya semua umurnya. Hahaha
"Oh, aman ya. Iya kayanya weekend depan aku mau ke Jogja aja sendirian. Pokonya gamau di Bandung."
"Kenapa harus Jogja?"
"Aku belum pernah kesana. Terus, aku liat di agenda, pengen banget dateng ke Pesta Boneka. Pengen nonton Papermoon Puppet Theatre. Intinya emang dari dulu pengen ke Jogja sih. Tapi ga ada yang mau nemenin. Yaudah, sendiri aja."

Pembicaraan hari itu berakhir begitu saja. Sementara saya belum prepare apa-apa untuk ke Jogja. Baru sebuah wacana. Sempat terpikir bagaimana minta izin ke orangtua saya, tapi saya pikir lagi rasanya tidak perlu minta izin. Tinggal pergi saja. Mereka tau kok saya bisa jaga diri.

Sampai keesokan harinya, tiba-tiba Aris dengan semangat menghampiri saya.
"Teh, ayo ke Jogja!"
"He? Sama siapa? Kamu mau ikut?"
"Kemaren kan Aris sama Doli iseng-iseng tuh nyari tiket kereta. Karena emang Doli ngajak kekeretaan weekend depan. Eh, ke Jogja murah dong teh! Cuma 86.000!"
"Wah, beneran? Aku mau beli!"
"Serius nih teh, kalau mau kita langsung beli tiket aja."
"Teh Diza! Abi ikut juga ah!", Anne tiba-tiba angkat tangan sambil excited.
Sementara saya masih kebingungan. "Hah, ini beneran nih kalian pada mau ke Jogja?"
"Iya jadi deal nih ya kita berempat, Aris, Doli, Teh Diza, sama Anne. Urusan tiket mah biar sama Doli aja, ntar kita tinggal transfer ke dia."
Suasana kantor hari itu seketika menjadi ceria. Seperti biasa saya si "tukang makasih" tak henti-henti bilang makasih ke Aris, Anne, dan Doli.

Sebenarnya bagi saya yang membuat ini spesial karena... AKHIRNYA ADA YANG MAU NEMENIN KE JOGJA!!!! Huhu terima kasih ya teman-teman!

Thursday, November 24, 2016

Teruntuk sang astronot yang hilang melayang
Bagaimana kabarmu di antah berantah?
Kuharap engkau baik-baik saja menyusuri perjalanan galaksi
Sudahkah engkau melewati ribuan bintang?
Berapa meteor yang mencoba menghantam tubuhmu?
Bersyukurlah jika kamu tetap bernafas
Terkadang aku bermimpi kita bersama mengarungi perjalanan luar angkasa
Tapi kita bukan lagi kita, karena tidak ada lagi kita
Ketika aku terbangun, aku hanya dapati diriku sendiri
Aku ingin cerita kepadamu
Perjalananku saat ini sungguh menarik
Masih disini, di daratan, antara hutan dan lautan
Aku menemukan beberapa kepingan diriku yang pernah hilang
Sisanya masih misteri
Atau mungkin akan muncul sebagai kepingan-kepingan baru
Namun intinya, aku kini dalam perjalanan mencari aku
Dan bertemu beberapa aku
Aku-aku yang berkumpul, tak pernah kamu kenal sebelumnya
Jika suatu saat Tuhan Mempertemukan kita
Aku yakin kamu tidak akan mengenaliku
Karena selama ini kamu tidak pernah melihatku seutuh ini
Dan jika waktu itu datang
Biarkanlah berlalu
Sudah semestinya seperti itu
Agar semua tidak terlalu
Hanya mencoba peluang 1 dari 1 milyar
Kau akak membaca ini
Dan kau tau ini tertuju untukmu




Saturday, August 27, 2016

Tidak semua pertanyaan harus terjawab.
Akankah suatu hari nanti aku mati membawa tanya?
Tidak.
Lebih baik kuhapus semua pertanyaan itu.
Tidak semua jawaban perlu didengar.
Terkadang jawaban itu hanya aku simpan sendiri.
Akankah aku selamanya menyimpan jawaban itu?
Tidak.
Lebih baik kuhapus semua jawaban itu.
Termasuk semua rasa yang ada dan pernah ada.
Lebih baik kutinggalkan di antah berantah.
Agar tidak akan pernah kutemui lagi sampai kapanpun.
Kini aku angkat kaki dari duniamu.
Melangkah jauh menuju angkasa.
Hingga kutemukan kembali tempat untuk berpijak.
Atau terus melayang di antara peluk-Nya.
Melihatmu dari jauh.
Yang semakin lama semakin kecil.
Semakin kecil.
Hingga aku tidak dapat melihatmu lagi.
Dan semua menyatu seperti kumpulan bintang.
Berpendar tidak mau kalah.
Aku tidak tahu lagi kamu yang mana.
Aku tidak tahu lagi kamu dimana.
Yang kulihat hanya kilau yang memanjakan mata.
Aku begitu jauh.
Aku begitu sepi.
Aku begitu hampa.
Tapi kuharap, aku akan lebih dekat dengan Dia.
Karena hanya Dia yang kekal kumiliki, dan memiliki aku.

28 Agustus 2016, Balikpapan
2.11 AM, di kamar hotel, sambil mendengarkan Mata Berdebu dari Sore.

Tuesday, August 2, 2016

Bahagia Dunia dan Akhirat



Aku ingin bahagia dunia dan akhirat. 

Is it too much to ask? 

Kalau aku ingin bahagia di dunia. Apa itu akhirnya aku duniawi dan tidak memikirkan akhirat? Yang mana kehidupan akhirat padahal kekal abadi?

Kalau aku ingin bahagia di akhirat, apakah artinya kebahagiaan di dunia itu tidak penting? Karena dunia itu hanya sementara?

Tapi aku ingin dua-duanya. Bahagia dunia dan akhirat. Aku ingin menikmati segala usaha aku di dunia. Menikmati hidup aku di dunia. Berbagi kasih sayang. Menjelajahi tempat-tempat keren yang Allah Ciptakan di dunia.

Aku juga ingin masuk surga. Aku ingin menikmati segala kebaikan yang Allah Janjikan. Aku ingin bahagia selamanya.

Tapi lagi-lagi, is it too much to ask?

No.

Aku tetap ingin bahagia dunia dan akhirat.

Kebahagiaan dunia dan akhirat. Sama pentingnya. Saling berkaitan. Dan saya berhak untuk berusaha mencapai keduanya.