Monday, November 3, 2014

Ketika kita kecil dulu, kita seperti buku rapor yang masih bersih. Seiring bertambahnya usia, mulailah tercatat angka-angka di atas rapor. Sebagai pemula dalam hidup, kesalahan-kesalahan kita saat kecil, tidak pernah ditulis dengan tinta merah. Selalu ditulis dengan pensil, yang kemudian bisa dihapus kembali menjadi bersih dan digantikan dengan nilai yang baik. Setiap hari kita belajar di sebuah institusi yang disebut kehidupan. Setiap orang mendapatkan porsi pelajaran yang berbeda-beda juga beban ujian yang berbeda-beda. Ada yang berjuang, ada yang menyerah. Ada pula yang kehilangan arah. Ketika menuju dewasa, banyak hal baru yang ditemui. Manusia yang tidak seperti manusia, lubang-lubang hitam yang berpintukan cahaya, dan madu bunga yang beracun. Kita akan melakukan kesalahan. Mungkin tidak sekali, tapi berkali-kali. Saat itulah kita menorehkan tinta merah di atas lembar rapor. Dan mustahil bagimu untuk menghapusnya seumur hidup. Ya, saya telah menorehkan tinta merah di atas rapor saya. Rasanya saya ingin merobek lembaran itu dan membakarnya. Tapi tidak ada yang bisa saya lakukan saat itu, selain tertunduk malu dan perih yang menghantam perasaan. Lalu jadilah saya manusia yang belajar lebih giat. Agar tidak lagi menorehkan tinta merah di atas rapor. Saya pun berhasil mencatat angka-angka baru di atas rapor. Namun tidak berhasil menghilangkan rasa sesal dan menerima bahwa: dalam hidupku, ada lembar merah yang merusak. Dan selamanya lembar itu ada disitu. Hal ini membuat apapun upaya yang saya lalukan, menjadi tidak berarti bagi diri saya sendiri. Saya hanya menghukum diri terus menerus. Tidak menghargai usaha saya untuk mencetak angka-angka baru. Dan pada saat ini saya sadar. Justru saya yang sekarang ini lebih baik dari saya yang dulu. Karena saya masih berjuang sampai saat ini, berhasil melewati lembaran merah. Dan apapun ujian yang akan datang, saya siap. Saya pernah gagal, tapi saya pun masih bisa bangkit. Kini yang harus saya lakukan adalah menerima. Menerima saya yang sekarang, saya yang punya lembar merah di rapornya. Dan melanjutkan belajar di institusi ini.

(Terima kasih Fadil untuk selalu mendengarkan dan menyemangati!)

Tuesday, July 8, 2014

Permukaan laut berwarna jingga kemerahan. Menelan matahari menuju belahan bumi yang lain agar membangunkan segenap manusia yang harus beraktivitas di pagi hari. Sementara aku mengucap selamat tinggal pada matahari dan menanti bulan yang kadang terlihat, kadang berselimut awan hitam. Sebuah hari telah berlalu lagi dan aku masih di bumi ini, masih selamat, hidup, dan bernafas. Tapi semua belum berakhir. Masih ada malam panjang yang harus kulewati dengan segala bentuk petualangan yang begitu lain dengan siang hari. Karena di malam hari tidak ada temanku, matahari. Entah mengapa, aku merasa bulan tidak terlalu membantuku. Bulan terlalu pendiam. Tidak pernah aku ingat, kapan terakhir kali aku merindukan bulan. Rasanya bulan hanya sebuah dewi malam yang menyombongkan keanggunannya dikelilingi ribuan bintang. Aku memang tidak begitu suka malam. Namun sialnya, aku adalah orang yang cukup sulit menemukan tidurku di malam hari. Aku ingin malam cepat berlalu, dan dengan tidak sabar menanti datangnya matahari untuk membelai aku yang kedinginan di malam hari.
Sialnya lagi, karena sering kali aku melewatkan malam dengan tidak tidur, sehingga aku selalu telat menyapa matahari yang selalu datang tepat waktu. Sepertinya aku selalu mengecewakan matahari, tapi toh ini bukan kisah cinta aku dan matahari. Melainkan aku dan satu hari. Aku di dalam 24 jam. Bagaimana aku bisa selamat setiap harinya. Melewati 24 jam. Setiap hari.


Monday, June 23, 2014

Malam di Bangkok

Rindu yang diproyeksikan dengan pesan yang disampaikan langsung pada Tuhan
Meminta semesta untuk berkonspirasi mewujudkan harap
Memegang dada, merasakan degup masih ada
Memasang radar, memancarkan gelombang, menyamakan frekuensi
Inilah refleksi cita dan cinta
Hingga pada waktunya kita bertemu di hari itu
Hari yang kita nantikan

Friday, May 23, 2014

Sudah pernah saya bilang sebelumnya, jika kehidupan itu seperti bianglala, maka saya sedang menuju ke atas. Menikmati setiap panorama dari segala sudut pandang yang berbeda. Menikmati ketinggian yang kadang membuatku takut untuk jatuh. Menikmati hembusan angin yang menerpa wajah. Menikmati kedekatan dengan langit yang selalu kurasakan bahwa Tuhan ada di balik sana.

Mungkin ini yang orang bilang, apa bila itu adalah jalannya, maka segala hal akan dimudahkan. Sempat saya merasa takut. Tidak biasanya jalan yang kulewati semulus ini. Dibalik itu sempat saya bertanya-tanya. Mengapa tidak ada batuan besar yang biasanya menghalangi? Mengapa tidak ada jurang terjal yang biasanya harus kulompati? Tidak ada kubangan air kotor yang selalu kuhindari?
Tetapi rasanya kini tidaklah penting. Saya rasa yang harus saya lakukan adalah mengucap syukur. Menikmati sebuah perjalanan baru yang akan membawa cerita baru. Dan selalu berdoa agar dilindungi dan seterusnya dilancarkan serta dimudahkan.

Tuhan, saya tidak tahu kemana jalan ini mengarah. Tetapi, jalan ini sangat menyenangkan untuk saya lalui. Terima kasih telah memberikan saya kesempatan untuk mengarungi sebuah perjalanan baru. Dan saya akan tetap berlindung di dalam medan magnet-Mu.

Wednesday, April 16, 2014

Hujan tidak pernah turun sendiri
Berlomba-lomba menemui kekasihnya di bumi secara serempak
Pohon cemara yang bergoyang
Kelinci yang menari
Dan aku yang kembali tidur menghirup wangi hujan di luar
Tidakkah indah bisa bahagia bersama?

Puisi bangun tidur oleh Diza Diandra teruntuk kekasihnya di saat hujan.




(Aulia Fadil, tetap berdoa yah! Semoga segala kebaikkan selalu datang padamu)
dalam kecamuk jiwa
Mentari temukan lagi sinarnya
Dipenghujung kata yg berserakan makna-makna
Dipersimpangan Rasa yg bertaburan warna-warna

Hingga kesendirian
Berubah maya
Dan kebersamaan sejatinya nyata

Berbagi 
Berdua
Menembus dimensi jagat raya
dan kembali membawa manisnya cinta



Aulia Fadil, 2014
Untuk pacarnya yang kebanyakan tidur di saat hujan

Thursday, April 10, 2014

Apapun yang akan menjadi, aku akan berhenti bertanya. Akan kujadikan saat ini sepenuhnya untuk menangkap hangatnya cahaya matahari, meneguk tetes air hujan, dan memeluk rumput, karena saat ini aku tahu. Semesta sedang berbicara padaku.

Tuesday, April 8, 2014

Pasang semua indramu, karena semesta sedang berbisik padamu.

Thursday, March 27, 2014

Untuk laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupku kelak

Untuk laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupku kelak
(Itupun jika aku diberi umur untuk bertemu denganmu di dunia lalu kita memutuskan untuk menikah dan direstui pula)

Aku tidak meminta maaf karena aku begini adanya
Tapi aku juga tidak meminta untuk diterima apa adanya

Ini hanyalah kekhawatiranku
Mengenai sesuatu yang bagiku sangat absurd
Pernikahan

Aku belum tahu
Menikah itu untuk apa
Ya, sebenarnaya aku tahu sih..
Hanya saja aku belum mengerti sepenuhnya
Masih banyak pertanyaan tentang apa itu pernikahan

Sekali lagi, ini adalah kekhawatiranku semata
Hanya saja, aku ingin memberi tahumu tentang kekhawatiranku...

Jangan pernah menuntut aku
Jangan pernah menuntutku untuk memasak masakan yang enak seenak masakan ibumu
Untuk membersihkan rumah hingga bersih berkilau
Untuk memijat punggungmu sepulang kau bekerja
Percayalah, kamu tidak perlu menuntutku untuk hal-hal seperti itu
Karena aku seorang perempuan, secara alamiah, natural, akan merawat dan mengurus apapun yang aku sayang, yang aku cintai
Percayalah aku akan melakukan yang terbaik, tidak perlu kau menuntut aku apapun
Aku sudah tau aku harus bagaimana
Aku tidak bodoh
Dan aku tidak menyerah untuk selalu belajar
Jangan pernah mendikte tentang apa saja yang harus aku lakukan

Jangan pernah memadamkan semangatku dalam mengejar mimpi
Tidak apa jika mimpi itu tidak tercapai, hanya saja, jangan kau padamkan semangatku
Karena mimpi akan membuat aku selalu merasa hidup
Biarlah aku tetap mengejar mimpiku
Dan selalu temani aku di sampingku
Ceritakan aku tentang mimpimu
Kita akan cari cara untuk meraih itu
Tidak perlu khawatir, aku pun tidak akan memadamkan semangatmu dengan mimpimu

Jangan culik aku dari orang tua dan teman-temanku
Buatlah aku selalu merasa dikelilingi orang-orang yang aku sayang
Buatlah aku selalu merasa dekat dengan mereka walaupun kita begitu jauh
Kirimkan sahabatku jika kamu tahu aku sangat merindukan mereka
Atau antar aku ke orang tuaku, jika aku ingin bermanja-manja menjadi seorang anak

Jadilah sebuah ensiklopedia
Atau buku bacaan yang menarik
Yang selalu ingin aku baca setiap harinya
Yang memberi banyak ilmu dan pengetahuan untukku
Yang mampu membuat otakku kaya akan wawasan
Yang membuat aku terhibur
Dan selalu tertarik denganmu
Beri tahu aku hal-hal yang belum aku ketahui
Tapi jangan pernah kamu sombong
Selalu ingat, karena aku juga buku bagimu
Aku adalah buku yang berbeda
Yang juga membawa cerita yang lain
Dan memberi tahumu hal-hal yang mungkin kamu juga belum tahu

Jangan ajak aku untuk tinggal di sangkar emasmu
Tetap biarkan aku terbang bebas
Hanya bersamamu
Ajak aku untuk melihat dunia yang begitu luas
Ajak aku  untuk menjelajahi tempat-tempat yang belum pernah kita singgahi
Lalu kita akan membuat catatan perjalanan
Dan kita akan menjadi satu buah buku penuh warna

Selalu raih kebahagiaanmu
Jangan pernah kau gantungkan itu padaku
Karena kebahagiaan adalah tanggung jawab diri kita sendiri
Namun mari kita berbagi kebahagiaan itu














Dan aku berharap satu hal,
Ketika suatu saat kau membaca ini, kau terlalu malas untuk membaca
dan kau akan bilang
"Aku sudah tahu, aku tidak perlu lagi membaca postingan ini."

:))))))))



NB: Sebenernya sambil senyum-senyum nulis ini karena............... calonnya aja belum ada........ Hahahahahahaha (masukkan meme yaoming di sini)
Tapi hal ini sih, di umur segini sih.. Yang jadi bikin mikir. Dan yaaah, ini kekhawatiran pribadi seorang gadis naif yang tidak tahu apa-apa tentang pernikahan (ciyeh.....)


Thursday, March 13, 2014

To a Stranger

  Passing stranger! you do not know how longingly I look upon you,
  You must be he I was seeking, or she I was seeking, (it comes to me
      as of a dream,)
  I have somewhere surely lived a life of joy with you,
  All is recall'd as we flit by each other, fluid, affectionate,
      chaste, matured,
  You grew up with me, were a boy with me or a girl with me,
  I ate with you and slept with you, your body has become not yours
      only nor left my body mine only,
  You give me the pleasure of your eyes, face, flesh, as we pass, you
      take of my beard, breast, hands, in return,
  I am not to speak to you, I am to think of you when I sit alone or
      wake at night alone,
  I am to wait, I do not doubt I am to meet you again,
  I am to see to it that I do not lose you.

Excerpt From: Whitman, Walt. “Leaves of Grass.” iBooks. 
This material may be protected by copyright.

Tuesday, February 18, 2014

“If there’s one thing I’ve learned, it’s this: We all want everything to be okay. We don’t even wish so much for fantastic or marvelous or outstanding. We will happily settle for okay, because most of the time, okay is enough.”

Excerpt From: David, Levithan. “Every Day.” Random House, Inc., 2012-08-28T04:00:00+00:00. iBooks. 
This material may be protected by copyright.

Thursday, February 13, 2014

Mengapa ada hal yang too good to be true? Memang sih katanya tidak ada yang tidak mungkin. Tapi rasanya hal yang too good to be true itu bukan berarti tidak mungkin. Tapi tidak berhak diraih atau didapatkan. Kenapa begitu? Mungkin karena Tuhan Maha Adil. Ada yang kita rasa betapa sempurna apabila itu terjadi. Tapi ternyata tidak terjadi. Dan kita tahu mengapa hal itu tidak terjadi. Karena hal itu terlalu sempurna, dan yaah. Dalam hidup sebagai manusia, lagi-lagi ketidak sempurnaan itu milik kita. Tapi bukan berarti kita tidak bisa merasakan sempurna. Karena kadang kesempurnaan itu justru adalah ketidak sempurnaan itu sendiri. Lieur? Pusing? Maaf ya. Tata bahasa saya jelek. Hahahaha. Tapi menurut saya, ketidak sempurnaan itu justru terasa sempurna ketika kita bisa memahami dan menerima. Sementara hal yang too good to be true itu, di awal bagi kita sempurna. Namun tidak terjadi. Jadinya ya, tetap saja tidak sempurna. Aduh Diza ngomong apa sih kamu.

Sunday, February 9, 2014


Moonrise Kingdom, 2012




Thursday, February 6, 2014

“Sometimes you’re just the sweetest thing. Like Christmas, summer holidays and a brand-new puppy all rolled into one.”

Excerpt From: Murakami, Haruki. “Sputnik Sweetheart.” Vintage International, 2002-04-08T21:00:00+00:00. iBooks. 
This material may be protected by copyright.

Thursday, January 23, 2014

Kebahagiaan, mau itu di-share ataupun ngga. Tapi energinya begitu kuat. Dan itu menular dengan cepat ke orang lain.

Sementara kesedihan, jika tidak dishare, energinya begitu kuat untuk diri sendiri. Dan bahkan orang lain tidak merasakannya.

Sepertinya begitu ya. Sepertinya..

Tuesday, January 21, 2014

And in her eyes you see nothing
No sign of love behind the tears
Cried for no one
A love that should have lasted years

Friday, January 17, 2014

Reason needed to make rational decisions. Now I know, why I never need a reason to love someone.

--- a little thought when it's raining outside

Wednesday, January 15, 2014

Pertemuan yang Menarik

Tidak usah dipertanyakan lagi, apakah saya harus berterima kasih pada Tuhan. Jawabannya sudah pasti IYA. Saya selalu percaya bahwa tidak ada hal yang kebetulan. Setiap hari kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Mulai dari kamu memilih bangun pagi atau stay longer di dalam selimut. Kamu memilih sarapan pagi dengan susu dan roti atau dengan nasi dan tempe. Setiap kamu membuat pilihan, itu akan mengantarkan pada sebuah perjalanan yang berbeda. Setiap harinya, saya selalu memilih. Dan mendapatkan perjalanan yang berbeda. Bertemu orang yang berbeda. Mendapatkan souvenir-souvenir dari setiap perjalanan yang ditempuh. Souvenir itu biasanya adalah sebuah ucapan. Ilmu. Pemikiran. Hikmah. Makna. Atau apapun kamu menyebutnya. Setiap malam sebelum saya tidur, saya bersyukur. Terima kasih. Hari ini, lagi-lagi sebuah perjalanan hebat. Ketika keesokan harinya saya terbangun, saya ambil buku harian saya (Ya, buku harian. Walaupun saya punya blog. Tapi ya, saya masih menulis juga di buku harian.) dan saya mulai menulis, merekap, hal-hal apa saja yang bisa saya ambil dari perjalanan kemarin. Dan hal-hal apa saja yang harus saya lakukan hari ini. Juga beberapa do's and dont's yang didapat dari pengalaman kemarin.

Dan Tahun 2014 ini buat saya hebat juga. Sebuah permulaan yang baik untuk menjalani perjalanan 350 hari lagi ke depannya. Bertemu orang-orang baru yang hebat. Yang membuat saya termotivasi untuk menjadi lebih baik. Yang memberikan energi positif. Dan mengajarkan saya tentang hal-hal baru yang belum saya ketahui.

Setiap hari saya selalu bersemangat. Hari ini, kemana perjalanan itu akan membawa saya? Apalagi yang saya dapat? Dan apa yang bisa saya berikan untuk alam dan manusia? Tapi saya tahu, saya akan tersesat jika tidak ditemani Tuhan. Maka dari itu, Terima Kasih Tuhan. Untuk perjalanan yang hebat setiap harinya.
"But I'm just a fucked-up girl who's lookin' for my own peace of mind."

From Eternal Sunshine of The Spotless Mind (2004)

Thursday, January 9, 2014

Antara mimpi, kenyataan, dan keinginan

Mimpi. Berarti hal yang tidak nyata. Berupa potongan-potongan scene yang hadir di angan. Tidak selalu datang ketika kita tidur. Yang kadang datang menyenangkan tapi juga bisa menampakan hal yang buruk. Maka dari itu ada sebutan nightmare. Adapula mimpi yang tidak hilang-hilang. Hadir di setiap detik, tidak pernah hilang ketika kamu bangun sekalipun. Dia hanya akan hilang ketika kamu menjadikan mimpi itu tidak lagi potongan scene di angan. Tetapi menjadi nyata. Sesuatu yang benar-benar bisa kamu rasakan, kamu lihat, kamu sentuh. Kurang lebih itu definisi mimpi menurut saya. Kalau menurut kamus saya kurang tau.

Kenyataan. Ketika alam sadar kamu benar-benar bekerja. Kamu melihat segalanya begitu telanjang. Tidak ada yang dimanipulasi. Hal-hal setiap hari yang harus kamu hadapi. Hal-hal yang mau tidak mau tiba-tiba harus dirasakan. Hal yang tidak bisa dipungkiri lagi. Tapi sebenarnya kamu bisa mengontrol kenyataan. Jika hari ini kenyataannya tidak sesuai dengan yang kamu inginkan, kamu bisa gunakan akal bagaimana caranya mengubah kenyataan menjadi hal yang persis seperti keinginanmu.

Keinginan. Jika itu datang dari dalam diri, maka kamu sebut itu keinginanmu. Jika itu datang dari orang lain, maka kamu sebut itu keinginan mereka. Dan sebagainya. Keinginan itu bisa dipengaruhi dari berbagai macam faktor. Seperti ego, nafsu, lingkungan, hingga perasaan. Keinginan itu harus dikontrol. Agar keinginan itu tidak menjadi hal yang berlebihan dan membuat kamu menjadi orang yang konsumtif kalau keinginanmu itu adalah beli ini dan itu. Ketika keinginan itu tercapai, konon katanya kamu akan puas. Dan bahagia. Tapi lagi-lagi bahagia itu belum tau benar atau salah. Entah bahagia yang didapat itu tidak bertahan lama atau bisa jadi bahagia di atas penderitaan seseorang?

Lalu apa yang bisa disimpulkan?
Sepertinya mimpi, kenyataan, dan keinginan itu memiliki rantai yang saling berkaitan. Ada mimpi buruk yang datang ketika kita tidur. Saat bangun, kita menginginkan semoga mimpi itu tidak menjadi kenyataan. Kira-kira ketangkep ga? Atau soal lain, saya punya mimpi suatu saat saya akan memiliki toko kecil berisi barang-barang yang  saya suka. Dan saya benar-benar menginginkan itu untuk menjadi kenyataan.

Simple kan sebenarnya?
Banyak orang pemimpi seperti saya. Memiliki banyak mimpi tapi mungkin hanya sekedar kumpulan mimpi yang sederhana. Banyak orang seperti saya yang berusaha mewujudkan mimpi-mimpi kecil itu menjadi kenyataan, agar saya merasakan bahagia. Siapa yang tidak ingin hidup seperti di dalam mimpi yang indah tapi itu adalah kenyataan? Bukan sekedar angan belaka?
Semua pasti mau.

Kelihatannya memang sesederhana itu, tapi jangan lupa dibalik itu ada hal yang paling menentukan. 1. Tuhan 2. Bekerja/Usaha

Tanpa kedua itu, saya rasa semua akan sia-sia. Dan pada akhirnya, kenyataannya adalah: tidak semua yang kita inginkan bisa tercapai, dan tidak selalu mimpi bisa diwujudkan. And we have to deal with it. Bagaimana kita harus selalu menyeimbangkan antara mimpi, kenyataan, dan keinginan.  Bagaimana kita harus mencari cara lain mendapatkan kebahagiaan, tidak selalu dari mewujudkan keinginan. Tapi dari menikmati segala jawaban "ya/tidak" dari kenyataan atau dari memelihara mimpi yang tidak dapat tercapai. Yang akan selalu menjadi mimpi dan tetap indah walau hanya dibayangkan. Karena banyak cara untuk mendapatkan kebahagiaan. :)

Saturday, January 4, 2014

Sebuah Kesiapan

Tahun 2013 kemarin tepatnya bulan Desember, sahabat saya yaitu Lida, menikah. Gilaaaa! Rasanya gila! Kaya suatu hal yang bener-bener amazing sampe bikin ga percaya. Saya sama Lida bisa dibilang tumbuh bareng dari SD. Udah puluhan malem kita lewatin buat nginep2an yang isinya curhat atau "makeover" atau juga masak-masakan. Udah berapa ribu jam yang kita abisin buat cerita ini itu dan berandai-andai bareng. Dan entah udah berapa juta milyar detik yang kita abisin buat ketawa ketiwi. Dan, Lida, si bocah ingusan yang aku kenal itu, dia menikah. Amazing. Dia sekarang seorang Istri. Sebuah status baru yang tanggung jawabnya luar biasa besar. Wow. Dan gue harus bilang Wow.
.......
Anyway, saya salut banget sama sahabat saya ini. Di umur yang terhitung muda (muda buat ibu-ibu mah), dia yakin dan berani mengambil sebuah langkah penting dalam kehidupan manusia di dunia. Congrats Da! I'm proud of you!
Bicara tentang menikah, hmmm.. Sudah pasti saya juga ingin menikah. Di waktu yang tepat dan orang yang tepat. Tapi yang jelas mungkin tidak saat ini. Atau belum. Atau akan. Atau tidak tahu juga.
Rasanya saya belum mampu menyandang status sebagai seorang istri, atau bahkan saat ini sebagai seorang pacar. Rasanya belum siap untuk berbagi waktu dan jam main saya untuk pasangan. Berbagi memikul beban dan pikiran, berbagi susah dan senang, berbagi makanan dalam piring, ya berbagi apapun. Sekarang saya masih menikmati menjadi Diza si pelit. Yang masih egois ingin menikmati waktuku sepuas-puasnya. Dan memiliki diri sendiri seutuhnya. Mendapatkan pengalaman-pengalaman yang saya cari sendiri. Juga petualangan yang masih ingin saya arungi sendiri. Yang tidak perlu mempertimbangkan orang lain kecuali diri sendiri. Egois memang. Tapi semua itu pilihan. Dan saat ini bagi saya ini adalah pilihan yang tepat. Aamiin. 
Mungkin kesiapan untuk pacaran dan menikah akan datang ketika saya bertemu "the one".
Lagi-lagi konsep jodoh itu absurd. Dari dulu saya ga pernah punya ideal type. Atau jatuh cinta karena sesuatu yang bisa dijelaskan. Saya selalu jatuh cinta karena tanda-tanda dari semesta. Signs from universe. Mengandalkan kemampuan lahiriah manusia yaitu kepekaan menangkap sinyal-sinyal dari alam. Dan tidak semua orang percaya atau mengerti apa yang saya maksud. Tapi, "the one" saya yang masih nyangkut entah dimana, pasti mengerti. :)

Friday, January 3, 2014

Something about truth...

“The first sentence of the truth is always the hardest. Each of us had a first sentence, and most of us found the strength to say it out loud to someone who deserved to hear it. What we hoped, and what we found, was that the second sentence of the truth is always easier than the first, and the third sentence is even easier than that. Suddenly you are speaking the truth in paragraphs, in pages. The fear, the nervousness, is still there, but it is joined by a new confidence. All along, you’ve used the first sentence as a lock.

Excerpt From: David, Levithan. “Two Boys Kissing.” Random House Children's Books, 2013-08-27T07:00:00+00:00. iBooks. 
This material may be protected by copyright.