Sunday, March 27, 2011

Indonesia Bisa?

Hari ini saya kembali memijakkan kaki saya di tanah air tercinta. Tercinta? Ya, apapun dan bagaimanapun negara ini, sampai saat ini saya masih sangat mencintainya. Lalu simana kaki saya berpijak kemarin? Singapore. Negara tetangga yang sangatlah kecil dibanding dengan negaraku Indonesia. Negara yang kurasa miskin kebudayaan dibanding negaraku Indonesia. Negara yang berisi berbagai ras dan para imigran dari negara lain, sementara negaraku memiliki suku-suku bangsa yang amat beragam. Ya, negara lebih hebat. Namun sayangnya.. Pembangunan negaraku tidak sepesat mereka.. Yah, mungkin karena negaraku jauh lebih luas, maka itu tidak mudah.. Sayangnya hukum di negaraku terkadang berat sebelah, sehingga masyarakat tidak mematuhinya dan tidak ingin disiplin.. Tapi orang-orang di negaraku pintar! Pintar dan kreatif! Sayangnya, kepintaran dan kreativitas mereka suka disalah gunakan.. Membuat "ini" palsu, tiruannya "ini", mencari trik-trik kreatif seperti membobol telepon umum, meminimalisir modal untuk membuat makanan dengan menggunakan pewarna tekstil, yaaah, hal-hal yang kalian sering lihat deh di televisi.
Ada hal yang paling signifikan yang saya rasakan ketika berada di Singapura. Semua orang pada hari kerja sangatlah gesit. Semua berjalan cepat pada pagi hari, mengantri dengan tertib untuk menaikki MRT. Eskalator disanapun lebih cepat dibanding di Indonesia. Setiap menggunakan eskalator, orang yang ingin berdiri saja, diam di sisi kiri. Sedangkan sisi kanan diperuntukkan bagi orang yang terburu-buru. Di dalam MRT pasti berisi orang-orang yang memiliki tingkat sosial berbeda dan pekerjaan yang berbeda pula, namun semua terlihat merata sehingga tidak terlihat kesenjangannya.
Sedangkan ketika tadi saya pulang dan mendarat di Bandara Soekarno Hatta, tiba-tiba saya merasakan waktu melambat. Semua penumpang yang baru turun langsung menyalakan BlackBerry dan mengaktifkan BBM nya, sehingga mereka tidak fokus ketika gilirannya tiba untuk menghadap petugas imigrasi. Sebagian orang memakai kostum terbaiknya hari itu, mungkin memakai pakaian yang mereka beli di luar negeri. Menunggu koper dengan muka kesal, melihat jam, BBM-an, ketika kopernya datang, mukanya ketus dan berkata, "Anjing!". Buru-buru dia angkut barang-barangnya, dan temannya yang lain berkata, "Eh, bir nya disitu tuh, awas ketinggalan.."
Namun di sisi lain, ada juga gerombolan wanita dengan baju warna warni. Dandanan seadanya. Membawa koper dan kardus bekas yang direkatkan oleh lakban dan tali rafia. Duduk di lantai atau di atas troli yang mereka bawa. Merekalah para TKW yang kehabisan tempat lapangan kerja di Indonesia.
Sungguh komposisi yang tidak seimbang.

Ingin rasanya mengubah negara ini dan membangunnya untuk menjadi lebih baik. Pertanyaannya adalah, apakah Indonesia bisa?

Aku tidak yakin, aku pesimis. Mungkin negara ini begini-begini saja karena kebanyakan orang seperti aku. Yah, orang-orang yang pesimis.

1 comment:

  1. Indonesia juga bisa... Negara kamu kaya dengan hasil yang sangat banyak, penduduknya juga amat pintar, bisa aja menghasil karya kreatif seperti filem, sinetron dan lagu-lagu hiburan jauh lebih baik dari Singapura & Malaysia. Gunakan kekuatan yang ada, jika Malaysia Boleh! Indonesia Pasti Bisa! Selamat berjaya... salam kenal dari Malaysia...

    ReplyDelete